Saturday, 20 September 2014

Muslimah Jomblo Anti Galau

- 0 comments
Dalam hidup dan kehidupan, Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Tak terkecuali kita, manusia. Hikmah memasangkan manusia dalam ikatan pernikahan diantaranya adalah untuk memberi sakinah (ketenangan dan kebahagiaan), dan kasih sayang, serta kecintaan yang merupakan kebutuhan dasar manusia.

Sakinah hanya akan tercipta saat manusia berpasangan dalam ikatan pernikahan. Hal itu terjadi karena pernikahan merupakan perjanjian yang kuat atas nama Allah SWT. Orang yang terlibat dalam ikatan dan perjanjian ini tak hanya bertanggung jawab pada pasangannya, melainkan juga bertanggung jawab kepada Allah. Tanggung jawab inilah yang membuat ikatan pernikahan memiliki keistimewaan yang tidak dapat disamakan dengan ibadah lainnya.

Meski demikian, untuk mendapatkan pasangan yang tepat tidak selamanya mudah. Hal ini berkaitan dengan masalah jodoh. Sementara, jodoh itu sendiri merupakan hal yang ghaib.

Terkadang pada sebagian orang, jodoh mudah sekali datangnya. Sedangkan bagi sebagian yang lain, kedatangan jodoh terasa sulit. Bahkan, ada yang sampai memasuki usia senja sekalipun, seseorang belum menemukan pasangan hidupnya.

Hal tersebut terkadang menimbulkan keresahan bagi yang mengalami, terutama kaum muslimah. Masih menyandang status jomblo di usia yang sudah –bahkan kelewat—matang, mendatangkan kegalauan yang sulit ditepis.

Jangan Percaya Takhayul  Yang Menyesatkan

Tak dapat dipungkiri, jomblo’nya kita di usia yang telah matang terkadang memancing simpati, empati, dan basa-basi dari lingkungan sekitar. Parahnya, simpati itu lebih sering ditunjukkan dengan cara yang salah. Terutama dari orang yang merasa lebih berpengalaman atau usianya lebih dari kita terkadang memberi saran atau nasehat yang sesat dan menyesatkan. 

Ungkapan, “Jangan duduk di depan pintu, nanti susah jodoh.”,  atau, “Ambil gih melati dari untaian yang dipakai mempelai perempuan, tapi jangan sampai pengantinnya tahu.” Sering sekali kita dengar dari orang-orang dengan maksud memberi nasehat pada kita agar ‘mudah jodoh’. Padahal kalau mau berfikir, banyak hal yang aneh dan tidak nyambung dari ungkapan tersebut dengan hal-hal yang berkaitan dengan jodoh.

Misalnya, jangan duduk di depan pintu, nanti jodohnya susah. Padahal yang benar, pintu adalah akses keluar masuk, jadi tidak dianjurkan untuk berdiri atau berada di pintu, karena akan menghalangi. Apalagi sampai duduk, tidak sopan itu namanya.

Lalu bagaimana dengan ungkapan mengambil melati dari untaian pengantin wanita tanpa diketahui si empunya? Wah, itu sama saja dengan mencuri. Apa iya ingin mendapat jodoh yang sholeh tapi harus mencuri terlebih dahulu?!

Belum lagi ‘anjuran’ yang tak kalah populer dan masih banyak digunakan dengan tidak boleh menikah melangkahi kakak, terutama perempuan. Hal tersebut pantang dilakukan, karena katanya hal itu menyebabkan sang kakak jadi susah jodoh. Jelas saja hal ini hanyalah mitos semata. Jika ada lelaki sholeh yang datang pada kita lalu kita tolak dengan alasan tidak mau melangkahi kakak yang belum menikah, tentu hal ini bertentangan dengan anjuran Rasulullah saw, “Apabila datang kepadamu seorang laki-laki yang kamu ridhoi agamanya dan akhlaqnya, hendaklah kamu terima, karena kalau kamu tidak menerima, niscaya akan menjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.”(HR.Tirmidzi dan Ahmad)

Penting waspada, sobat muslimah. Hal-hal tersebut di atas –dan masih banyak anjuran sejenis—dapat menjerumuskan kita pada tindakan syirik jika kita turuti dan lakukan.  Sebagai muslimah, tentu kita harus meyakini hanya Allah satu-satunya penolong dan Yang Maha Menetapkan segala sesuatu. Bukan yang lain! Apalagi sampai percaya mitos dan takhayul. Na’udzubillah.

Mari Jemput  Jodoh dari Tangan Allah

Sobat muslimah tentu pernah mendengar ungkapan, “Jodoh itu di tangan Allah. Kalau tidak diambil, ya tetap di tangan Allah terus.”. Tentu saja, kalimat tersebut hanya guyonan belaka. Tapi, jika kita mau sedikit merenung, kalimat tersebut ada benarnya juga.  Bahwa jangan karena jodoh itu di tangan Allah, kemudian kita sebagai hamba hanya berdiam diri tanpa berusaha ‘mengambil’ atau menjalani beragam ikhtiar yang disyariatkan.

Setelah kita berhasil melepaskan diri dari jeratan mitos dan takhayul seperti yang telah disebutkan di atas, tentu kita harus menjalani masa penantian dengan ikhtiar menjemput jodoh yang tidak bertentangan dengan hukum  Islam. Apa saja?

Yang pertama adalah niat untuk tidak menunda pernikahan dengan beragam alasan. Karena Islam adalah agama yang memerintahkan setiap umatnya untuk menikah atau menjalani hidup berumah tangga.

Islam melarang keras seseorang yang enggan menjalani hidup berumah tangga. Bahkan Rasulullah saw dengan tegas mengatakan, bahwa orang yang menunda-nunda pernikahan padahal ia telah mampu, maka ia dapat digolongkan sebagai teman setan karena tidak merasa bersalah menyimpang dari fitrah. Juga termasuk golongan pendeta Nasrani yang merasa dirinya lebih suci dengan tidak menikah. Atau termasuk orang durhaka karena mendustai tuntutan biologis yang telah diatur oleh Allah. Juga termasuk orang yang hina kematiannya karena memutuskan tali keturunan yang dapat dijadikan penolong dirinya di hadapan Allah. Dan termasuk orang tercela karena tidak mau menjalankan tanggung jawab berpasangan. Na’udzubillahi min dzalik. Jangan sampai kita termasuk dalam golongan di atas karena menunda-nunda pernikahan dengan alasan yang tidak berdasar.

Ikhtiar selanjutnya dalam menjemput datangnya jodoh adalah kita jangan segan-segan untuk menggali pengetahuan tentang pasangan yang ideal.

Pernikahan dalam Islam bertujuan membuat seseorang merasa sakinah terhadap pasangannya. Sementara, kata “sakinah” dalam bahasa Arab memiliki arti rukun, akrab, intim, jinak, berkumpul, bersatu, bersahabat, percaya, senang, dan ridha. Sakinah dapat diistilahkan sebagai keadaan rumah tangga yang bahagia dan tenteram.

Agar dapat memenuhi tujuan pernikahan yang sakinah tentu kita harus memperoleh gambaran yang jelas tentang calon suami yang baik untuk dijadikan pasangan. Yang terpenting, gambaran ini haruslah sesuai dengan tuntunan agama yang telah digariskan oleh Allah.

Setelah kita menggali informasi mengenai pasangan yang ideal, kita pun harus aktif berusaha. Tapi perlu diingat, berusaha di sini tetaplah harus dalam koridor syar’I. Jangan dengan alasan berusaha mencari jodoh lalu kita menggadaikan izzah kita sebagai muslimah. Misalnya dengan memajang foto narsis kita di facebook dengan tujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Atau SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan lawan jenis yang kita mempunyai kecenderungan hati terhadapnya. Bukan! Bukan dengan jalan yang demikian.

Aktif berusaha yang dimaksud adalah, kita dapat mencari informasi  tentang seseorang kepada orang yang shalihah dan terpercaya. Mengenai siapa yang sama-sama sedang dalam masa penantian jodoh, misalnya. 

Jika hal itu sudah dilalui, kita pun jangan terburu-buru. Sangat penting kiranya kita meneliti calon pasangan. Tindakan ini bertujuan meyakinkan apakah calon pasangan sesuai dengan harapan atau tidak. Hal ini pun pantang dijalankan sendiri. Melainkan harus dengan cara mengirim utusan serta mendengarkan opini atau informasi dari pihak ke tiga. Karena jika ikhtiar yang demikian dijalankan sendiri, dikhawatirkan kita akan terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh agama yang menyebabkan tercerabutnya barakah pernikahan.

Yang tak kalah penting dalam usaha menjemput jodoh yang selanjutnya adalah kita harus memperbaiki diri. Sebab, usaha terbaik untuk mendapatkan jodoh yang baik adalah dengan senantiasa memperbaiki diri. Mustahil kiranya jika kita berharap jodoh sekualitas sahabat, Ali ra. jika diri kita tak memiliki kualitas setara Fathimah ra. Sebagaimana kita juga serasa bermimpi di siang hari berharap mendapat jodoh yang sholeh dan teguh di jalan dakwah, jika kita bukan wanita shalihah yang juga aktif dan ikhlas berdakwah. 

Ya, jodoh kita adalah bagaimana kita. Maka, teruslah memperbaiki diri sampai batas di mana kita ingin pasangan kita berkualitas sebagaimana yang kita harapkan.

Jangan Galau, Sebab Kita Muslimah

Bagaimana jika niat ingin menikah sudah kuat dan segala ikhtiar telah dijalani namun belum dimampukan (dipertemukan dengan pasangan) oleh Allah?

Allah SWT berfirman:
“Orang-orang yang belum mampu menikah hendaknya menjaga kesucian diri mereka sampai Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (Q.S.An Nuur: 33)

Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan orang yang belum mampu menikah untuk bersabar sampai Allah memampukannya dengan karunia yang besar. Dan jika dorongan untuk menikah sudah bergejolak, kita diperintahkan untuk menjaga diri agar gejolak tersebut tidak membawa kita untuk melakukan hal-hal yang diharamkan.

Maka dari itu, sobat muslimah, menyibukkan diri dengan aktivitas yang bermanfaat, mutlak dilakukan agar hidup kita makin berkualitas dan hari-hari kita tidak dipenuhi kegalauan sebab kita masih menjomblo. Bergabunglah dengan komunitas muslimah shalihah yang aktif dalam kegiatan-kegiatan ke-Islaman. 

Banyak-banyaklah bergaul dengan para muslimah yang hari-harinya selalu penuh dengan energi positif, percaya diri, dan pikiran positif, yang semua itu tentunya dapat ‘menular’ pada diri kita. Disamping dapat mengusir rasa galau, membuka diri dengan aktifitas dan orang-orang yang shalihah dapat menjadi sarana belajar bagi kita hingga menjadi muslimah luar biasa. Ingat, usaha terbaik untuk mendapatkan jodoh yang baik adalah dengan senantiasa memperbaiki diri!

Tawakal yang Menguatkan Kita

Sobat muslimah, sesungguhnya hanya Allah saja yang tahu kapan dan bagaimana kita bertemu dengan jodoh kita. Semua hal tentang nasib kita –termasuk jodoh—ditetapkan oleh Allah dengan kuasa-Nya jauh sebelum kita dilahirkan.

Hanya Allah yang tahu segala sesuatu yang bersifat ghaib. Jangankan manusia biasa, para malaikat dan para Nabi saja tidak diberi pengetahuan oleh Allah tentang hal yang ghaib.
Tidak akan habis pembicaraan soal jodoh bagi seorang muslimah, karena bicara tentang jodoh berarti bicara tentang nasib. Dan itu artinya bicara tentang kemahakuasaan Allah yang ilmu-Nya tanpa batas. Berbicara tentang jodoh berarti memikirkan apa yang disebut sebagai taqdir Allah atau Qada’ danQadar.



Sementara, langit, bumi, seluruh alam semesta beserta isinya sudah ‘ditulis’ oleh Allah 50 ribu tahun sebelum semua itu kemudian dijadikan atau diciptakan oleh Allah.

“Jagalah Allah, niscaya engkau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, sesungguhnya seandainya umat ini bersatu untuk memberikan suatu kemanfaatan kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberinya, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk mendatangkan suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat mendatangkannya, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering.” (HR.Tirmidzi)

Jadi, sudah selesai’kah urusan taqdir Allah tentang jodoh kita? Ya, ‘tinta’ yang digunakan untuk menulis semua yang ditaqdirkan Allah itu kini sudah kering, diikuti dengan dimulainya pelaksanaan taqdir Allah itu.

Oleh sebab itu, bertawakal’lah! Karena itu yang akan menjadikan kita makin kuat menjalani hari dalam penantian akan datangnya jodoh. Dan jangan lupa, usaha terbaik untuk menemukan jodoh yang baik adalah senantiasa memperbaiki diri dan memohon kepada Allah, Rabb yang menggenggam taqdir-taqdir kita.
Jadi, jangan galau, sebab kita muslimah! 
[Continue reading...]

Tips Asyik Buat Yang lagi Jomblo

- 0 comments

Assalamuallaikum, hallo kita jumpa lagi, sob. Yang jomblo-jomblo mana suaranyaaaaa!! Hee... Kali ini kita mau kasih beberapa tips asyik buat kamu, biar nggak merasa seperti species terasing dan member tetap kasta tersiksa dimalam minggu. Cekidot yach

Jomblo itu free!!
Tanamkan dalam hati bahwa jomblo bukan berarti kiamat siaga satu, sob. Yang ada kamu bisa pergi kemanapun dan kapanpun tanpa kudu laporan dulu. Saat kamu jadi jomblo, kamupun bisa baca artikel ini ampe habis, tanpa harus ada yang nge-ping kamu di BB atau sms nggak penting. Hmm.. bukankah kebebebasan kaya gini yang selalu kamu inginkan?. Selain itu sodara-sodari yang dirahmati Allah, jadi jomblo juga bikin kita nyaman. Nggak ada yang posesive pengen ngatur- ngatur hidup kita, nggak ada yang cemburu atau curiga plus kroni- kroninya. Kita bisa ngaji bareng temen, atau sekedar nongkrong di rel kereta yang lagi rame kereta lewat ... hmmm, sounds fun!!

Rumput tetangga lebih Pink
Jadi jomblo tuch kudu PD. Bukan karena modus biar nggak dianggap nggak laku, tapi emang karena jadi jomblo tuch asyik, sob. karena itulah, buat mencegah rasa minder yang datang ke kamu, jangan gampang ngiri dan mupeng kalau lihat teman-temanmu lagi ngelakuin dosa (baca: pacaran). Karena eh karena, sebenarnya kamu sebagai jomblo lebih beruntung karena jauh dari dosa. Percaya nggak percaya itu urusan situ, tapi yang pasti kalkulator malaikat tetap  jalan ngitung dosa dan pahala, sob.
Dan juga jangan gampang parno juga kalau tiap pagi, mereka dapat salam sayang-sayangan dari pacar. Kamu bisa kok ke apotek terdekat, kamu buka pintu dan bakal ada yang nyapa kamu “selamat pagi”, sama juga kan?

Jadi jomblo itu pinter kelas sadizz bos!
Kurikulum buat para jomblo di malam minggu biasanya kalo nggak main game, ngumpul ama temen, atau paling banter nonton TV. Kelihatannya miris banget kan? tapi sob sebenarnya nggak selalu gitu loh. Dengan jadi jomblo kita bisa punya banyak waktu buat berkreasi tanpa harus kawatir ada yang nyela dan ngusik. kalau udah gitu, kita bisa maksimalkan masa muda kita dengan penuh prestasi. Jadi jomblo nggak melulu berarti kamu nggak laku, tapi memang sengaja menahan diri biar nggak invest dosa diakherat dan nambah pinter di dunia. Investasi yang menguntungkan, kan? So, tutup kuping rapat-rapat buat semua bisikan sesat yang bilang kalau jomblo adalah member tetap dari kasta teraniyaya. Woles aja, sob.  Kalau jodoh nggak akan kemana. Betul??

Jomblo Hemat, Jomblo Kaya
Yang ini penting terutama buat para cowok. Jadi jomblo berarti nggak kudu repot sama cewek yang nangis sambil guling guling yang ngebet minta dinner di resto atau baju bermerek dengan harga selangit, padahal kamu nggak bawa kartu kredit, Visa, Mastercard, atau Debit melainkan cuma kartu miskin dari kelurahan samping rumah, hee... Bayangpun, sodara- sodara, gimana repotnya kalo kita kudu ngadepin situasi kaya’ gini.

Jomblo Kadaluarsa
Nah kalau yang satu ini kudu kita hindarin. Jadi jomblo emang asyik, tapi juga nggak boleh kelamaan, alias terlalu kadaluarsa sob. Karena fitrah manusia emang kudu nikah. Tapi buat yang sakral satu ini, kita kudu pinter nentuin waktu dan saat yang tepat, trus sama orang yang tepat juga. eits, tapi caranya juga kudu pas, lewat ta'aruf trus nikah deh. Jadi nggak sekedar umbar nafsu nggak jelas sama sembarang orang.
[Continue reading...]

Saudariku, Kaki Juga Aurat Yang Wajib Ditutup

- 0 comments

Diantara aurat wanita yang sering dilalaikan untuk ditutup oleh banyak Muslimah adalah kaki. Bahkan Muslimah yang sudah berjilbab lebar pun banyak yang masih terbuka kakinya sehingga bisa terlihat lelaki yang bukan mahramnya. Padahal sejak dahulu masyarakat kita, walhamdulillah, memahami bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan.

Batasan Aurat Wanita

Allah ta’ala berfirman:
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka” (QS. An Nur: 31).
Allah ta’ala juga berfirman:
يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Ahzab: 59)
Allah ta’ala juga berfirman:
وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَايُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ
dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” (QS. An Nur: 31)
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu‘anha, beliau berkata,
أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya. (HR. Abu Daud 4140, dalam Al Irwa [6/203] Al Albani berkata: “hasan dengan keseluruhan jalannya”)
Dari dalil-dalil ini, sebagian ulama menyatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh, tangan dan wajah pun wajib ditutup. Asy Syarwani berkata:
وعورة بالنسبة لنظر الأجانب إليها : جميع بدنها حتى الوجه والكفين على المعتمد
“aurat wanita terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut pendapat yang mu’tamad” (Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 2/112)
Imam Ahmad bin Hambal berkata:
كل شيء منها ــ أي من المرأة الحرة ــ عورة حتى الظفر
“Setiap bagian tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya” (Dinukil dalam Zaadul Masiir, 6/31)
Sebagian ulama berpendapat bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Az Zarqaani berkata,
وعورة الحرة مع رجل أجنبي مسلم غير الوجه والكفين من جميع جسدها
“Aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan” (Syarh Mukhtashar Khalil, 176)
Asy Syaranbalali berkata:
وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها باطنهما وظاهرهما في الأصح ، وهو المختار
“Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam serta telapak tangan luar, ini pendapat yang lebih shahih dan merupakan pilihan madzhab kami“ (Matan Nuurul Iidhah)
Sehingga dari sini kita ketahui bahwa para ulama berpendapat kaki pun termasuk aurat yang wajib ditutup. Karena yang masyhur diperselisihkan adalah wajah dan telapak tangan.
Adapun Imam Abu Hanifah, terdapat perbedaan riwayat dari beliau, sebagian riwayat mengatakan bahwa beliau berpendapat qadam (dari pergelangan kaki sampai bawah) bukanlah aurat. Dan sebagian riwayat dari beliau bahwa beliau berpendapat qadam termasuk aurat. Andaikan beliau berpendapat bahwa qadam bukan termasuk aurat, maka ini adalah pendapat yang sangat lemah bertentangan dengan dalil-dalil yang ada.

Dengan apa menutup kaki?

Kaki sebagaimana aurat yang lain, ditutup dengan pakaian yang longgar, tidak tipis, tidak transparan, tidak memperlihatkan bentuk atau lekukan. Adapun qadam (dari pergelangan kaki ke bawah; punggung telapak kaki) boleh ditutup dengan kaus kaki atau dengan menjulurkan pakaian sehingga menutup seluruh kaki. Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Wal Ifta menyatakan,
الواجب عليها ستر القدمين عند جمهور أهل العلم ،وقد جاء في حديث أم سلمة أنها سئلت : هل المرأة تصلي في درع وخمار ؟ قالت في جوابها : إذا كان الدرع سابغا يغطي ظهور قدميها تصلي في درع سابغ يستر أقدامها ، أو تكون في أقدامها شراريب ، هذا هو المشروع عند جمهور أهل العلم ، يجب عليها ستر القدمين ، إما بكون الثياب ضافية ، أو باتخاذ جوارب في الرجلين ، هذا هو المشروع لها ، وهو الواجب عند جمهور أهل العلم .
“wajib untuk wanita menutup kedua qadam, menurut jumhur ulama. Sebagaimana terdapat dalam hadits Ummu Salamah, bahwa ia bertanya: ‘Apakah seorang wanita boleh shalat dengan mengenakan baju panjang dan penutup kepala tanpa mengenakan kain?’ Nabi menjawab, ‘Boleh, jika baju itu luas yang biasa menutupi kedua qadam-nya’. Maka shalatlah dengan baju panjang yang cukup untuk menutupi kedua qadam, atau memakai kaus kaki. Inilah yang disyariatkan menurut jumhur ulama. Wajib menutup kedua qadam-nya, baik dengan kain tambahan (yang menutup qadam) atau dengan menggunakan kaus kaki. Ini lah yang disyariatkan dan diwajibkan menurut jumhur ulama” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 7/257)
Dalam fatwa yang lain dijelaskan,
المشروع سترهما بالجوربين أو بإرخاء الثياب ، أرخت الثياب حصل المطلوب ولو ما كان هناك جوربان
“disyariatkan menutup kedua qadam dengan kaus kaki atau dengan menjulurkan pakaian. Jadi pakaian dijulurkan hingga cukup untuk menutup kedua kaki jika tidak memakai kaus kaki” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 7/259).
Namun, jika Muslimah menutup kaki dengan kaus kaki, sebaiknya hindari warna kaus kaki yang menyerupai warna kulit. Karena dengan warna kaus kaki yang mirip kulit membuat seakan-akan seperti kulit yang terlihat, maka tidak tercapai maksud dari menurup aurat di sini. Ketika ditanyakan kepada Syaikh Ali Ridha Al Madini hafizhahullah, “Ya Syaikh, bolehkah bagi wanita memakai kaus kaki yang sewarna dengan warna kulit, sehingga kalau dia sedang jalan atau terkena angin seakan-akan kulitnya kelihatan?”, beliau menjawab, “yang demikian tidak diperbolehkan” (Sumber di sini). Maka gunakanlah kaus kaki yang berwarna gelap dan juga tebal hingga tidak menampakkan kulit sedikit pun.

Kesimpulan

Telah jelas dari dalil-dalil Al Qur’an dan As Sunnah bahwa kaki adalah aurat yang wajib di tutup seluruhnya. Maka setiap Muslimah hendaknya bertaqwa kepada Allah dan menutup auratnya dengan sempurna, di hadapan lelaki yang bukan mahramnya. Demikianlah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
[Continue reading...]

Friday, 19 September 2014

Buanglah Mantan Pada Tempatnya

- 0 comments

Selesaikan dulu kisahmu dengan si dia sebelum engkau memulai kisah baru dengan yang lain. Karena kisah yang belum terselesaikan di masa lalu, rentan hadir untuk mengusik dan menjadi duri dalam daging bagi kisahmu yang terkini.

Sahabat Mulimah Voa-Islam yang shalihah...
Tiap manusia pasti memunyai masa lalu. Karena masa lalu inilah yang membentuk dirinya di masa kini. Yang membedakan satu pribadi dengan pribadi lainnya dengan masa lalunya ini adalah penyikapan. Ada yang terjebak di masa lalu dan enggan untuk keluar. Dia menjadikan masa lalu sebagai hal penting untuk dibawa ke masa depan. Apalagi bila masa lalunya ini belum tuntas alias masih bermasalah.

Dalam rumah tangga, masa lalu ini bisa berupa apa saja. Tapi yang paling rentan adalah si mantan. Entah mantan suami/istri, bisa jadi mantan pacar, atau bahkan mantan calon suami. Maksudnya masih dalam taaruf tapi tak bisa lanjut hingga ke pelaminan. Bila tak bijak menyikap masalah yang muncul di masa lalu dengan si mantan, bukan tak mungkin masalah ini menjadi ‘laten’ atau semisal duri dalam daging dalam rumah tangga seseorang.

Selesaikan dahulu apa pun itu yang masih mengganjal dengan si mantan. Jangan mencari pelarian tatkala hati masih rapuh. Satu-satunya obat yang bisa diandalkan dalam kondisi begini adalah dengan banyak dzikrullah, semakin mendekatkan diri pada Allah.
Selesaikan dahulu apa pun itu yang masih mengganjal dengan si mantan. Jangan mencari pelarian tatkala hati masih rapuh. Satu-satunya obat yang bisa diandalkan dalam kondisi begini adalah dengan banyak dzikrullah, semakin mendekatkan diri pada Allah. Insya Allah bila langkah ini yang diambil, maka masalah apa pun itu bentuknya bisa dituntaskan hingga ke akar. Sehingga saat kaki ingin melangkah membuka lembar baru maka bayang-bayang masa lalu itu sudah tak lagi mengganggu.

Sayangnya, tak semua menjadikan Allah sebagai muara pencarian jawaban. Tak sedikit yang menjadikan masalah dengan si mantan dengan mencari penggantinya secepat yang ia bisa. Bagi laki-laki dia akan segera mencari perempuan pengganti. Bahkan tak tanggung-tanggung, langsung dilamarnya perempuan pertama yang ia kenal dan mau dengan dirinya. Sakit hatinya dilarikan pada sosok baru yang tak tahu apa-apa tentang masa lalunya.

Begitu juga dengan perempuan. Ia akan berusaha mencari pengganti laki-laki yang telah menyakiti hatinya. Dia terima saja siapa pun yang datang sekadar menunjukkan bahwa ia pun masih bisa dicintai oleh laki-laki lain. Ketika niat awal sudah salah, maka yakinlah langkah kaki juga tak bisa terarah. Diperparah dengan permasalahan yang masih menggantung di masa lalu, seolah menumpuki secarik kertas dengan tulisan yang baru padahal yang lama belum sepenuhnya dihapus dengan bersih. Tumpang tindih.

Suami masih sering melamunkan mantan. Begitu sebaliknya, si istri pun masih sering merindukan seseorang yang tak lagi halal buatnya. Suami istri hanya status saja ketika jiwa masing-masing pelakunya tak lagi berjalan bersama. Satu sama lain terjebak dalam kerangkeng yang sama bernama masa lalu.

Bilapun salah satu pihak saja yang tergilas oleh kenangan, maka tentu saja pasangannya menjadi pihak yang dizolimi. Dan sungguh, bukan seperti ini pernikahan yang diharapkan tercapainya sakinah dalam berumah tangga.
Jadi apapun itu masalahnya dengan si mantan, usahakan sudah tuntas sebelum kaki mulai melangkah. Andai pun karena satu dan lain hal memang kondisi tak bisa diselesaikan dengan baik-baik, maka yakinilah bahwa semua itu memang yang terbaik. Tak pernah Allah salah meletakkan satu kejadian. Tinggal manusianya bisa atau tidak mengambil hikmah dari tiap peristiwa yang terjadi untuk dijadikan pelajaran.

Bagi kamu para istri, perasaan mellow itu jangan dimanja. Si mantan tidak layak lagi dihadirkan saat sudah ada imam yang siap menggenggam masa depan. Syukurilah yang ada saat ini karena sesungguhnya di luar sana banyak perempuan yang menginginkan tempat dimana kamu berasa sekarang.
Bagi kamu para suami, buang masa lalumu di tempat semestinya. Masa lalu tempatnya ya di belakang. Berjalan itu menatap lurus ke depan bersama dengan pasangan yang saat ini setia mendampingi. Apalagi bila ada si buah hati. Ia tak berhak mendapati ayahnya membagi hati dengan mantan yang sejatinya cuma kenangan. Karena hati adalah milik Allah, maka kembalikan ia padaNya. Mendekatlah pada-Nya, minta untuk diteguhkan dengan pasangan halal yang sekarang.

Bagi kamu para istri, perasaan mellow itu jangan dimanja. Si mantan tidak layak lagi dihadirkan saat sudah ada imam yang siap menggenggam masa depan. Syukurilah yang ada saat ini karena sesungguhnya di luar sana banyak perempuan yang menginginkan tempat dimana kamu berasa sekarang. Hadirkan dzikrullah ketika ketukan kenangan dari masa lalu itu hadir. Tutup semua pintunya rapat-rapat. Fokuskan diri pada sosok yang saat ini halal menemani hingga kalian bersama menua nanti, insya Allah.

[Continue reading...]

waduh sebanyak 360000 sarjana menganggur

- 0 comments
Ilustrasi bursa kerja yang dipenuhi para sarjana menganggur. 

Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko mengatakan saat ini tercatat sebanyak 360 ribu sarjana dari berbagai disiplin ilmu di Indonesia menganggur dan ini mengerikan apabila tidak ditangani dengan baik.

Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko mengatakan hal tersebut tatkala memberikan kuliah umum yang bertemakan "Memantapkan Ketahanan Nasional di Era Persaingan Bebas Dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Emas" di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) di Kampusnya Kentingan, Solo, Jumat.

Sarjana dari berbagai disiplin ilmu tersebut apabila tidak dikelola dengan baik bukannya tidak mustahil akan menjadi ancaman di dalam negeri. Banyaknya pengangguran dari sarjana ini karena salah satunya mereka itu hanya berorientasi bekerja di pegawai negeri sipil (PNS).

"Ya, mereka itu hanya ingin jadi PNS, TNI, Polisi dan tidak mau mengembangkan disiplin ilmunya yang didapat agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri," kata Panglima.

Jenderal TNI Dr Moeldoko mengatakan mulai sekarang nahasiswa harus dilengkapi ketrampilan yang lain sehingga kelak setelah lulus dalam studinya bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.

Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi, MS mengatakan kehadiran Panglima TNI pada kuliah umum tersebut merupakan realisasi kerjasama antara UNS yang bekerjasama dengan pihak TNI.

"Ya ini realisasinya salah satunya adanya kuliah umum yang disampaikan Panglima dan nanti juga masih terus dilakukan kerjasama yang lain," katanya.

Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko seusai memberikan kuliah umum di hadapan ribuan mahasiswa UNS, terus dilanjutkan kegiatan serupa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di kampusnya Pabelan Surakarta. (Antara)
[Continue reading...]

Thursday, 11 September 2014

Teuku Wisnu Sengaja Tak Kumandangkan Adzan di Telinga Buah Hatinya, Ini Alasannya

- 0 comments
Aktor sinetron, Teuku Wisnu menggelar konferensi pers terkait kelahiran putra pertamanya di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2014). Putra pertama dari hasil pernikahannya dengan Shireen Sungkar tersebut lahir secara normal dengan bobot 3.200 gram dan mereka beri nama Teuku Al Fatih. 

Bayi berjenis kelamin laki-laki bernama Teuku Adam Al Fatih lahir dari rahim artis cantik Shireen Sungkar, pada 10 September 2014, pukul 16.02 wib. Disaat-saat proses persalinannya, Teuku Wisnu, sang suami, setia menemani Shireen di ruang persalinan. Setelah bayi lahir, biasanya sang ayah langsung mengumandangkan Adzan di telinga. Namun, hal itu tak dilakukan oleh Wisnu.
"Soal adzan memang ada beberapa pendapat. Satu pendapat itu diadzankan dan tidak diadzankan. Saya pikir yang diadzankan itu hadistnya lemah, jadi enggak diadzankan. Saat diperut juga sudah diadzankan dan baca ayat suci Al-Qur'an," kata Wisnu saat dijumpai di Rumah Sakit Pondok Indah, jalan Metro Duta, Jakarta Selatan, Rabu (10/9) malam.
Meski tak mengumandangkan adzan di telinga Adam, hal itu tak mengurangi kebahagiaan Wisnu menyambut anak pertamanya. Saking senangnya, Wisnu mengaku belum berani membopong sang buah hati. Jika ibunya atau ibu mertua Wisnu sedang menggendong Adam, Wisnu hanya bisa puas melihat Adam dari dekat. "Belum berani gendong. Kalau memang ada yang gendong, saya dekat-dekat saja. Nantinya Insya Allah berani deh," kata aktor serial sinetron "Cinta Fitri" itu.  
[Continue reading...]

Wednesday, 10 September 2014

Hukum Suami Minum Susu Istri

- 0 comments

Tanya:
1. apakah hukum suami minum susu istri?
From:  <azizmukXXX@yahoo.com>
Jawaban:

Hukum Suami Minum Susu Istri

Dibolehkan bagi suami untuk menghisap puting istrinya. Bahkan hal ini dianjurkan, jika dalam rangka memenuhi kebutuhan biologis sang istri. Sebagaimana pihak lelaki juga menginginkan agar istrinya memenuhi kebutuhan biologis dirinya.
Adapun suami minum susu istri, para ulama membolehkan jika membutuhkan, semacam untuk berobat. Akan tetapi, jika tidak ada kebutuhan, ulama di kalangan madzhab Hanafi berselisih pendapat. Ada yang mengatakan boleh dan ada yang me-makruh-kan.
Dalam Al-Fatawa al-Hindiyah (5/355) disebutkan,
وَفِي شُرْبِ لَبَنِ الْمَرْأَةِ لِلْبَالِغِ مِنْ غَيْرِ ضَرُورَةٍ اخْتِلَافُ الْمُتَأَخِّرِينَ كَذَا فِي الْقُنْيَةِ
“Tentang hukum minum susu wanita, untuk laki-laki yang sudah baligh tanpa ada kebutuhan mendesak, termasuk perkara yang diperselisihkan ulama belakangan. Demikian keterangan dalam  al-Qunyah”
Dalam Fathul Qadir (3/446) disebutkan pertanyaan dan jawaban,
“Bolehkah menyusu setelah dewasa? Ada yang mengatakan tidak boleh. Karena susu termasuk bagian dari tubuh manusia, sehingga tidak boleh dimanfaatkan, kecuali jika terdapat kebutuhan yang mendesak.”
Kesimpulan: Sikap yang lebih tepat adalah suami berusaha agar tidak minum susu istri dengan sengaja, karena dua hal:
  1. Keluar dari perselisihan ulama. Karena ada sebagian yang melarang, meskipun hanya dihukumi makruh.
  2. Perbuatan ini menyelisihi fitrah manusia.
Catatan :
Suami yang pernah minum susu istrinya, tidaklah menyebabkan dirinya menjadi anak persusuan bagi istrinya.
Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin mengatakan:
Menyusui orang dewasa tidak memberi dampak apapun, karena menyusui seseorang yang menyebabkan adanya hubungan persusuan adalah menyusui sebanyak lima kali atau lebih dan dilakukan di masa anak itu belum usia disapih. Adapun menyusui orang dewasa tidak memberikan dampak apapun. Oleh karena itu, andaikan ada suami yang minum susu istrinya, maka si suami ini TIDAK kemudian menjadi anak sepersusuannya. (Fatawa Islamiyah, 3/338)
Allahu a’lam.
[Continue reading...]

HUKUM MENYUSU KEPADA ISTRI

- 0 comments

Tanya :
“Apakah boleh seorang suami yang sedang berhubungan dengan istrinya, menyusu kepada istrinya?

Heru-samarinda

Jawab :

Berikut adalah jawaban dari Asy-Syaikh Abdurrazzaq Afifi -rahimahullah-, “Boleh, karena air susunya adalah halal, dan boleh baginya (suami) untuk meminumnya sampai dia meninggal(1) , dan itu tidaklah menjadikan hukum mahram berlaku padanya (suami), karena penyusuannya (kepada istrinya) ini tidak terjadi pada masa al-haulain (berumur dua tahun).”
(Lihat Fatawa wa Rasail: 1/212 no. 5)

Demikian halnya Asy-Syaikh Al-Albani membolehkan hal tersebut, sebagaimana dalam kaset silsilah Al-Huda wa An-Nur seingat kami pada kaset pertama.

Berhubung kami pernah menanyakan permasalahan ini kepada Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuri via thullab yang ada di sana, maka sebagai amanah ilmiah kami bawakan jawabannya sebagai berikut,  “Air susu wanita tidaklah lezat, dia hanya untuk anak bayi dan tidak menumbuhkan daging orang dewasa. Susu kambing dan sapi lebih baik baginya.”

Wallahu a’lam, ucapan beliau ini juga tidak menunjukkan haram atau makruhnya. Sehingga yang benarnya bahwa menyusu kepada istri adalah boleh, berdasarkan keumuman firman Allah Ta’ala, “Istri-istri kalian adalah ladang kalian maka datangilah ladang kalian sesuai dengan kehendak kalian.”

[Continue reading...]

Tuesday, 9 September 2014

Suami pilihan

- 0 comments

Layaknya bahtera berlayar mengarungi lautan, kadang terguncang ombak besar dan terpaan angin kencang. Saat itulah, sangat diperlukan keberadaan nahkoda yang handal. Nahkoda yang tenang dalam menghadapi masalah, cerdas dalam mengambil keputusan, tegas dalam menentukan kebijaksanaan, dan handal dalam menjalankan kepemimpinan. 

Agar bahtera dapat sampai dengan selamat sampai tujuan.
Begitu pula menjalani kehidupan rumah tangga, tentu tidak selalu harum betabur bunga indah penuh warna-warni. Kadang muncul riak-riak atau bahkan ombak yang menghadang keharmonisannya. Saat itulah diperlukan sosok suami yang tangguh dalam kepemimpinan. 

Figur yang menghantarkan pada keselamatan dunia dan akhirat.
Hal ini tentunya dimulai dengan usaha mencari calon suami yang shalih sebagai pemimpin keluarga. Menjadi tugas para wali dari pihak wanita untuk memilihkan teman hidup yang mempunyai kualitas agama yang baik. Sehingga hal ini akan mendukung kualitas keshalihan istri dan anak-anaknya.

Apalagi yang diharapkan seorang wanita kecuali kebahagiaan tatkala pendamping hidup yang mengiringi hari-harinya adalah lelaki shalih. Bukan hanya satu kebahagiaan yang direngkuh melainkan dua kebahagiaan. Tiada berakhir nikmat bahagia itu saat meninggalkan dunia, namun akan tetap ada ketika berpindah ke negeri akhirat. Karunia yang demikian besar tentunya. Tidak ada karunia yang melebihi mendapatkan kebahagiaan di dua negeri.

Terbersitlah tanya, hal apakah yang ada pada diri suami yang shalih sehingga bisa menyumbang besarnya kebahagiaan istri di dunia dan akhirat? Di antara hal tersebut yaitu karena baiknya pengamalan terhadap firman Allah:

“Dan bergaullah kalian (para suami) dengan mereka (para istri) dengan cara yang makruf. kemudian bila kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS. An Nisa:19].

Ia adalah suami shalih yang bergaul dalam curahan kasih sayang, penuh perhatian dan mengalah pada perkara yang bukan maksiat. Namun, ia tetap tegas pada kesalahan istri dengan tanpa mengesampingkan hikmah dan kelemahlembutan. Demikian pula tidak lepas dari bagusnya peneladanan terhadap manusia terbaik dan termulia, 

Rasulullah `,. Sebagaimana yang dituntut kepada setiap muslim untuk menjadikan beliau sebagai suri teladan. Sehingga ia selalu mengambil contoh dari muamalah Rasulullah ` terhadap keluarganya, salah satunya dalam hadits beliau bahwa, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” [H.R. At Tirmidzi dishahihkanSyaikh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi].

Mengacu kepada ayat dan hadits tersebutlah suami yang shalih bermuamalah dengan istri dan keluarganya. Sehingga tidaklah ia akan merendahkan atau menyakiti istrinya terlebih menzalimi. Melainkan ia berusaha untuk berkata dan berperilaku berhiaskan akhlak yang baik. Ia berikan yang menjadi hak-hak istri dengan penuh penunaian, tanpa mengungkit-ungkit kebaikan yang telah dicurahkan. Ia bersabar atas perangai yang tidak disukai dari pasangannya selama tidak dalam pelanggaran syariat. Ia memaafkan kekurangan istri dalam menunaikan hak-hak suami. Ia luruskan kebengkokan istri dengan cara yang halus dan bijaksana.

Begitulah kesan eloknya pergaulan yang tercermin dari seorang suami yang shalih. Suami yang bergaul dengan penuh pengertian akan keadaan dan sifat seorang wanita. Suami yang memuliakan kedudukan dan hak istri. Sehingga, tentulah akan mengukir kebahagiaan di hati seorang istri dalam hidup bersanding bersamanya di alam dunia ini. Kebahagiaan di negeri abadi pun dapat diraih, manakala suami yang shalih menyadari perannya sebagai pemimpin dalam keluarganya. Pemimpin yang kelak dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana sabda Rasulullah `, “Laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya. Dan kelak ia akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang mereka.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim].

Suami yang melaksanakan tugasnya dalam menjaga diri dan keluarganya dari siksa neraka yang pedih.

Ia berusaha mengamalkan firman Allah dalam salah satu ayat-Nya yang mulia:
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.”  [QS. At Tahrim:6].

. Usaha tersebut antara lain dengan menaruh perhatian terhadap pendidikan agama melalui pengajaran ilmu dan penyampaian nasihat. Suami yang menghasung dan membantu mereka dalam melakukan amal ketaatan. Tak luput pula mencegah mereka dari berbuat kemungkaran, tidak membiarkan terjadinya kemaksiatan dalam keluarganya. Hal ini pula, sebagai salah satu wujud dari kecemburuan dan penjagaannya terhadap kehormatan istri serta mahligai rumah tangganya.

Demikianlah gambaran indah suami yang shalih, yang mencintai istri tidak hanya semata-mata cinta tabiat tapi juga cinta yang terpuji yaitu cinta karena Allah, cintanya tumbuh dari dasar ketakwaan kepada Allah, sehingga cintanya membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat. Allahu a’lam.
[Continue reading...]

Surat Untuk Suamiku

- 0 comments

Wahai suamiku…, kutulis surat ini dengan kehangatan cinta dan kasih sayang kepadamu. Semoga Allah senantiasa menjaga kita.
Wahai Suamiku, engkau adalah pemimpin rumah tangga kita, aturlah kami dengan aturan Allah, pimpinlah kami untuk taat kepada-Nya, bimbinglah kami terhadap apa yang maslahat (baik) untuk kami. Insya Allah engkau akan mendapatiku dan anak-anak menghormatimu, memuliakanmu dan taat kepadamu. Itulah kewajiban sebagai seorang yang dipimpin kepada yang memimpin.
Allah Ta’aalaa berfirman :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (Qs. an-Nisa’:34)

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Baqarah : 228)
Wahai suamiku, engkau adalah anugerah dan kenikmatan yang besar yang Allah karuniakan kepadaku. Ketika banyak para wanita yang belum menikah, Allah mengaruniakanku seorang suami shalih -Insya Allah- seperti dirimu. Ketika banyak dari para wanita yang mempunyai suami yang tidak memperhatikan agama istrinya, Allah memberikanku seorang suami yang selalu menyemangatiku untuk hadir ke majelis-majelis ilmu. Ketika banyak suami yang acuh-tak-acuh dengan perbuatan-perbuatan istrinya yang salah, Allah memberikan kepadaku seorang suami yang selalu menasehatiku. Ketika banyak suami yang tak peduli halal dan haram ketika ia mencari rezeki, Allah memberikan kepadaku seorang suami yang merasa cukup dengan yang halal. Banyak lagi kebaikan dan keutamaanmu, apakah pantas  bagiku untuk tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat dirimu, apakah pantas bagiku untuk tidak berterima kasih  kepadamu dengan segala kebaikanmu, kasih sayangmu, perhatianmu, jerih payahmu untuk diriku…
Allah Ta’aala berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Allah mema’lumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sagat pedih.” (Qs. Ibrahim : 7)
Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku melihat neraka dan aku melihat sebagian besar penduduknya adalah kaum wanita. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Mengapa demikian wahai Rasulullah?
يكفرن العشير ويكفرن الإلحسان, لو أحسنت الى إحداهن الدهر, ثم رأت منك شيأ قالت : ما رأيت منك خير قط
 Mereka mendurhakai suami dan mengingkari kebaikannya. Sekiranya seorang dari mereka engkau perlakukan dengan baik sepanjang masa, lalu ia melihat sesuatu (kesalahan) darimu, ia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat satu pun kebaikan darimu selama ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wahai suamiku, segala puji bagi Allah sematalah kemudian karena sebab pendidikan orang tuaku yang baik, yang telah mempersiapkan dan mendidikku untuk menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga yang baik, sehingga aku sadar bahwasanya pernikahan bukanlah surga yang tak ada problema, kesusahan dan kesulitan. Dan juga bukanlah neraka yang ada hanya kesusahan dan kesengsaraan. Semoga dengan sebab itu aku lebih siap dan tegar jika kesusahan, kesulitan datang menerpa. Wahai suamiku, Insya Allah engkau akan mendapatiku menjadi pendamping  yang kokoh dalam mengarungi kehidupan rumah tangga ini, hanya kepada Allahlah aku memohon pertolongan.
Allah Ta’aala berfirman :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“ Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Qs. al-Fatihah : 5)

Wahai suamiku, keinginanmu agar aku dekat dengan orang tuamu, akupun menginginkan hal yang demikian. Orang tuamu adalah orang tuaku juga. Dan aku ingin engkau tetap berbakti, melayani dan memberikan perhatian yang besar kepadanya walaupun engkau sudah menikah. Insya Allah aku akan membantumu untuk hal itu.
Allah Ta’alaa berfirman :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua (ibu dan bapak).” (Qs. an-Nisa’ : 36)
Wahai suamiku, banyak hal yang tidak diperhatikan oleh sebagian istri tentang perkara-perkara yang membuat suaminya senang dan menghindari sesuatu yang membuat suaminya tidak suka. Di antaranya tampil apa adanya di depan suaminya, tidak mau berdandan dan mempercantik diri. Wahai suamiku, katakanlah kepadaku apa yang membuat dirimu senang sehingga aku berusaha untuk melakukannya dan katakanlah sesuatu yang membuatmu benci sehingga aku menjauhinya.
Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خير النساء التي تسره إذا نظر إليها و تطيعه اذا أمر ولا تخالفه في نفسها ولا مالها بما يكرها
“ Sebaik-baik istri adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas dirinya dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya.” (HR. ath-Thabrani dari ‘Abdullah bin Salam, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Wahai suamiku, sungguh sebuah keburukan kalau aku tidak bisa menerima kekurangan dirimu di mana kelebihanmu tak sebanding dengan kekuranganmu. Padahal aku tahu tak ada seorang yang sempurna. Apakah pantas aku bersikap seperti itu, sedangkan engkau ridha dan bershabar dengan berbagai kekurangan diriku.
Wahai suamiku, ketika aku merasa lelah dalam mengurus pekerjaan rumah, aku teringat kisahnya seorang wanita yang mulia, pemimpin wanita di surga yang merasa keletihan ketika ia mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Seorang wanita shalihah yang memiliki jiwa yang mulia, hati yang bersih dan akal yang terbimbing oleh syari’at yang agung. Semoga aku bisa meneladani keshabaran Fathimah putrinya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bukan malah meneladani wanita yang akalnya menjadi tempat sampah pemikiran barat yang menamakan dirinya Feminisme.
“ Suatu ketika Fathimah mengeluh kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam atas kelelahan yang ia rasakan sebab ia menarik alat penggiling hingga berbekas di kedua tangannya, menimba air dengan qirbah (tempat air pada masa itu) hingga qirbah membekas di lehernya, dan menyalakan api di tungku hingga mengotori pakaiannya. Itu semua terasa berat baginya. Lalu apa tanggapan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu? Beliau menasehati Fathimah dan Ali bin Abi Thalib agar bertasbih sebanyak 33 kali, bertahmid 33 kali dan bertakbir 33 kali setiap hendak tidur .  Beliau bersabda kepada keduanya bahwa itu semua lebih baik dari pembantu (yang Fathimah minta –ed).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai suamiku, seharusnya setiap istri sadar, termasuk diriku. Bahwa setiap suami mempunyai posisi dan status sosial yang berbeda. Ada di antara suami yang sangat dibutuhkan oleh keluarganya. Ada juga seorang suami yang memiliki kedudukan yang penting sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Ada juga seorang suami yang menjadi seorang da’i sehingga sangat dibutuhkan oleh ummat. Seharusnya setiap istri memperhatikan hal ini. Jika dia seorang suami yang sangat dibutuhkan keluarganya maka bantulah ia, dan relakanlah sendainya hak waktumu sedikit terkurangi. Bukan malah menghalangi dari keluarganya. Kalau dia seorang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat atau ummat, maka bantulah ia, semangatilah ia dan berilah nasehat untuk ikhlas dalam melayani ummat dan bershabar atas mereka. Bukan malah bertindak seperti anak kecil yang merongrong suaminya hanya karena dia tidak selalu berada di sisinya. Atau sesekali ketika lagi bersendau gurau denganmu ia mengangkat telpon untuk sekedar memberikan nasehat atau saran kepada ummat. Wahai suamiku, semoga aku bisa memperhatikan hal ini. Dan aku pun sadar hakku telah kau tunaikan dengan baik.
Wahai suamiku, aku teringat sebuah ayat yang seharusnya membuatku untuk berfikir dan merenungi sejauh mana aku merealisasikan ayat ini atau malah sebaliknya.
Allah Ta’aala berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa.” (Qs. al-Maidah : 2)
Ya Allah, jadikanlah aku istri shalihah yang membantu suamiku untuk taat kepada-Mu, berdakwah di jalan-Mu dan melakukan berbagai amalan kebaikan bukan malah sebaliknya menjadi fitnah baginya.
Allah Ta’aala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“ Wahai orang-orang yang beriman, ‘Sesungguhnya di antara istri-itrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (Qs. at-Taghabun : 14)
Wahai suamiku, rezeki yang halal sudah sangat cukup bagiku. Nafkah yang kau berikan kepadaku sebagai bentuk tanggungjawabmu sebagai seorang suami sangatlah besar walaupun menurut sebagian orang dinilai kecil. Keindahan dan kebahagian hidup ini adalah ketika kita bisa bersyukur dan hidup dengan qana’ah. Ya Allah, aku berlindung kepadamu menjadi istri yang tidak pandai bersyukur yang bisanya hanya menuntut, terlebih lagi menjadi sebab suaminya mengambil yang haram.
Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قد أفلح من اسلم ورزق كفا, وقنعه الله بما آتاه
 “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, rezekinya cukup dan Allah memberikan kepuasan atas apa yang telah dikaruniakan kepadanya.“ (HR. Muslim dari ‘Abdullah bin Amr bin al-Ash)
Dan dalam hadits yang lain Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من يستعفف يعفه الله ومن يستغن يغنه الله
“Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah menjaga dirinya dan barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberi kecukupan baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
لا ينظر الله الى امراة لا تشكر لزوجها وهي لا تستغني عنه
“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup/qana’ah).” (HR. an-Nasa’i, al-Baihaqi, at-Tirmidzi dan ia berkata hadits ini sanadnya shahih dan disepakati oleh adz-Dzahabi dari ‘Abdullah bin ‘Amr)
Wahai suamiku, perkenankanlah aku untuk meminta maaf atas kekurangan dalam melayanimu. Karena itulah adalah tugas dan kewajibanku.  Hanya kepada Allah-lah aku memohon pertolongan untuk taat dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada suamiku.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اذا الصلت المراة خمسها, وصامت شهرها, وحصنت فرجها, وأطاعت بعلها, دخلت من أي أبواب الجنة شاءت 
“Apabila seorang istri mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.”  (HR. Ibnu Hibban dari Abu HurairahRadiyallaahu ‘anhu)
Wahai suamiku, maklumilah kalau engkau melihat diriku cemburu kepadamu karena inilah tabiat seorang wanita, disamping aku sangat mencintaimu. Ibunya kaum mukminin pun merasakan cemburu di hatinya, ketika ia berkata, “Aku tidak pernah merasa cemburu kepada salah seorang istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam seperti cemburuku kepada Khadijah, disebabkan seringnya  Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebut namanya dan sanjungan beliau kepadanya.” (HR. Bukhari). Insya Allah, kecemburuanku adalah kecemburuan yang wajar yang merupakan tabiat seorang wanita, bukan kecemburuan yang menghalangi suaminya untuk taat kepada Allah, atau kecemburuan yang menjadi sebab suaminya terjatuh kepada yang haram, atau bukan kecemburuan yang menghalangi suaminya untuk mengambil haknya untuk berpoligami. Tidak wahai suamiku…!!. Sungguh aku bukan seorang istri yang merampas hak suaminya dengan menghalanginya untuk berpoligami, jika memang dia menginginkan dan mampu untuk hal itu. Tetapi, aku -Insya Allah- seorang istri yang berusaha meneladani para istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, istri  para istri shahabat dan para istri shalihah yang memegang teguh syari’at ini termasuk syari’at poligami. Allah Subhaanahu wa ta’aala berfirman :
فَانكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً
“Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja.“ (Qs. an-Nisa’ : 3)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. al-Ahdzab : 36)

Wahai suamiku, anak-anak kita adalah buah hati kita, buah cinta kita. Karunia yang Allah karuniakan kepada kita, sekaligus merupakan amanah yang Allah amanahkan kepada kita. Insya Allah, aku akan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Aku akan mendidiknya untuk mentauhidkan Allah, aku akan mendidiknya agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya, aku akan mendidiknya agar berbakti kepada orangtuanya. Semoga Allah mengkaruniakan anak yang shalih dan shalihah kepada kita. Amiin.
Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman :
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a.” (Qs. Ali Imran : 38)
Wahai suamiku, tentu sebagai seorang muslimah aku mendambakan surga Allah dan khawatir terhadap neraka-Nya. Aku sering teringat sebuah hadits di mana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فانظري أين أنت منه, فإنما هو جنتك ونارك
“Perhatikanlah posisimu terhadap suamimu sebab dia adalah surgamu dan nerakamu.” (HR. Ahmad dan al-Hakim dan selainnya, ia menyatakan hadits shahih dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi)
Dan di antara jalan menuju surga adalah dengan mentaatimu.
Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اذا الصلت المراة خمسها, وصامت شهرها, وحصنت فرجها, وأطاعت بعلها, دخلت من أي أبواب الجنة شاءت 
“Apabila seorang istri mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.”  (HR. Ibnu Hibban dari Abu HurairahRadiyallahu ‘anhu)
Dan sebaliknya di antara jalan menuju neraka adalah bersikap nusyuz kepadamu, durhaka dan tidak taat kepadamu. Wahai suamiku, Insya Allah aku akan selalu taat dan berbuat baik kepadamu dengan menjaga kehormatanku, menjaga diriku dari menyakitimu, tidak lalai melayanimu, tidak menggambarkan sosok wanita di hadapanmu, tidak keluar rumah tanpa seizinmu, tidak menyebarkan problema rumah tangga kepada orang lain dan tidak menolak ketika engkau mengajakku berhubungan.
Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اثان لا تجاوز صلاتهما رءوسهما عبد ابق من مواليه حتى يرجع ومرأة عصت زوجها حتى ترجع
 “Ada dua orang yang mana shalat mereka tidak naik melewati kepala mereka ; yakni seorang budak yang lari dari majikannya hingga kembali kepadanya, dan seorang istri yang bermaksiat kepada suaminya hingga ia kembali taat.” (HR. ath-Thabarani, al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah dari ‘Abdullah bin Amr al-Ash Radiyallahu ‘anhu)
إذا دعا الرجل امرأته إلى فراشه فأبت أن تجيء لعنتها الملا ئكة حتى تصبح
“Apabila seorang laki-laki memanggil istrinya di ranjang (untuk berhubungan –ed) lalu istrinya enggan untuk datang, maka para malaikat akan melaknatnya hingga (waktu) shubuh.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu)

Wahai suamiku, aku mencintai dan menyayangimu, dekaplah aku di kehangatan cinta dan kasih sayangmu, belailah aku di kelembutan perhatianmu, hiburlah  aku di canda dan tawamu semoga Allah melanggengkan rumah tangga kita dan mengumpulkan kita di dalam surga-Nya.
[Continue reading...]
 
Copyright © . Berbagi Informasi - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger